Kamis, 04 April 2013

Cerita Si Camar Biru



Haloo…
Seperti yang kalian ketahui, sekarang NYUNYU join-an sama Gagasmedia dan Bukune untuk memperkenalkan penulis dan buku-bukunya mereka. Dan kebetulan untuk minggu ini, Gagas meminta aku menulis di NYUNYU.

Kalian mungkin juga udah tahu bahwa selain jadi editor di website burung hantu ini, aku juga baru aja menerbitkan novel pertamaku Camar Biru akhir tahun lalu. Nah, sekarang aku mau cerita sedikit tentang latar belakang jadinya buku ini dan juga ngasih kalian sedikit sinopsisnya.

Camar Biru ini aku tulis akhir tahun 2011, waktu penulisannya sendiri nggak lama cuma sekitar 1-2 bulan, tapi, proses masuk ke penerbit sampai akhirnya naik cetak butuh waktu hampir satu tahun sendiri.

Awalnya, Camar Biru ini berasal dari cerpen yang sudah aku tulis lama sebelumnya, aku bahkan sempat lupa kalau aku pernah menulis cerpen itu. (Cerpen itu ada di bab kedua di dalam novel.) Ceritanya tentang dua orang sahabat, cewek dan cowok, bernama Adith dan Nina. Mereka bersahabat sejak kecil, dan rumah mereka bersebelahan. Malam itu Nina baru saja diputusin oleh pacarnya. Patah hati dan ketakutan, dia bilang sama Adith,

 “’Gue takut sendirian, Dith…
Kan, ada gue.’
Iya, tapi mau sampai kapan?’”

Dari omongan Nina itulah, Adith yang memang selalu baik banget sama Nina, bikin janji: bahwa kalau sampai 10 tahun dari hari itu Nina masih juga belum nikah, Adith akan nikahin Nina. Dan perjanjian mereka itu ditandai dengan dua buah origami camar biru yang dipegang satu-satu oleh mereka, dan nggak boleh hilang sampai saat yang dijanjikan tiba.

Basically, ceritanya berpusat sama perjanjian itu. Dimulai 10 tahun tepat setelah hari itu, dan mereka akhirnya memutuskan untuk menikah. Enggak, ceritanya bukan tentang persiapan pernikahan, tapi tentang bagaimana hubungan mereka, yang asalnya cuma sahabat dekat, berkembang menjadi sesuatu yang lebih. Dan bagaimana mereka, terutama Nina, menerima dan memahami rasa jatuh cintanya ke sahabatnya sendiri.

“…gue jadi sadar, bahwa Adith adalah orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan gue, yang kehadirannya selalu gue butuhkan, yang kekonsistenannya selalu membuat gue tenang. Itu semua menjadikannya orang paling penting, karena gue tahu, dari semua orang yang ada, dia satu-satunya yang memutuskan untuk tetap tinggal.

Tokoh Adith adalah tokoh favoritku di dalam buku ini. Menulis tentang Adith selalu menyenangkan. Menulis tentang cowok ini, yang sejak kecil jatuh cinta sama sahabatnya sendiri, tapi nggak pernah melakukan apa-apa. Hanya selalu berada di samping Nina, dan memastikan cewek ini selalu baik-baik saja.

“’Memangnya lo butuh orang lain buat ngerasa sempurna?
Kan gue udah bilang, orang kayak lo nggak bakalan ngerti.’
Sejak itu gue nggak pernah nanya apa-apa lagi. Sama kayak gue nggak pernah lagi berusaha buat bilang, dia udah sempurna, hanya dengan menjadi dirinya.”

Namun tentu aja buku ini nggak cuma bercerita tentang ups and downs hubungan mereka. Ada misteri dibalik perubahan Nina yang dulunya selalu cerita menjadi lebih diam dan menutup diri, ada cerita tentang Sinar, kakak Adith yang waktu mereka kecil dulu adalah cowok idola Nina, dan juga ada cerita tentang rasa takut untuk tidak pernah menjadi cukup baik bagi orang yang kita sayangi.

Buat kalian yang suka sama kisah cinta yang manis, atau buat yang lagi (diam-diam) naksir sama sahabatnya, mungkin bukuku ini bisa jadi pemberi semangat buat kalian. Dan menurutku pribadi, cinta bukanlah cinta, sampai kalian punya cukup keberanian untuk mengatakannya.

Jadi, selamat membaca. Dan selamat jatuh cinta.

“’Dith?”
‘Hm?’
‘I think we could really be happy together.’
‘We will, Na. It’s inevitable.’”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar