Minggu, 18 Agustus 2013

Naik Kelas Nggak Selalu Menyenangkan



Tahun ajaran baru, mata pelajaran baru, kadang ada beberapa guru yang baru ketemu, tapi sayang kadang gak ada status baru. Masih tetap menunggu ketidakpastian. Atau minimal masih jomblo. Yang pasti dari semua itu adalah kelas baru. Naik kelas dan menuju tingkat yang lebih susah lagi dalam belajar.

Naik kelas adalah harapan semua siswa, juga orang tuanya. Gak ada satupun siswa ataupun orang tuanya yang pengen anaknya nggak naik kelas. Semua pengen naik kelas. Meskipun kelas kadang nggak bisa dinaikin kayak kuda di kebun binatang, tapi semua pengen naik kelas. Apa serunya sih naik kelas? Naik kelas itu nggak selalu menyenangkan. Senengnya sih ada sedikit, seperti gak bakal ketemu lagi sama salah satu guru yang nyebelin, tapi sisanya nggak menyenangkan sama sekali.

Diskriminasi
Kadang ada sekolah yang mengelompokkan muridnya berdasarkan nilai. Jadi, nanti ada istilahnya kelas unggulan di mana isi kelasnya adalah anak-anak pinter semua. Dan sisanya mengikuti ke belakang. Nanti setiap 3 bulan (mid semester) yang prestasinya naik, bisa pindah ke kelas yang lebih tinggi, yang turun pastinya turun juga ke kelas yang lebih rendah. Tujuannya sih katanya supaya anak termotivasi buat masuk kelas unggulan. Sayangnya, ini lebih terasa diskriminatif, terutama buat anak yang ada di kelas urutan terbawah. Salah-salah bisa jadi mereka malah mengalami demotivasi. Ya, pokoknya gitu deh. Jadi ribet.

Intinya, program kelas unggulan dengan cara apapun, ada sisi diskriminatifnya. Biarkan aja murid di kelas berbaur antara yang pinter dan yang pinter banget supaya bisa berbagi. Berbagi ilmu, berbagi pengalaman, pengetahuan, pacar… Maaf, yang terakhir nggak.

Gak Bisa Unyu-unyuan Lagi
Naik kelas artinya kita bakal punya adik kelas dan kita jadi senior. Sebagai senior yang baik, udah gak ada lagi waktunya buat unyu-unyuan. Okelah kalau kamu merasa kalau kamu itu unyu, tapi jangan ditunjukkan ke junior kamu. Apalagi kalau ada junior yang ternyata lebih sangar dari kamu, kamu gak boleh keliatan unyu. Keunyuan senior adalah malapetaka. Kamu nanatinya malah bisa dianggap junior kalau kamu lebih unyu dari junior kamu. Sebagai senior kamu harus cool. Masalahnya adalah, kalau kamu dianggap “lebih junior” oleh junior kamu, kamu akan kesulitan mencari gebetan dari junior kamu. Percayalah.

Kelasnya Diacak
Hal yang nggak menyenangkan lainnya adalah ketika kita naik kelas, ternyata kelasnya diacak. Sedih pastinya. Udah kompak sama kelas sebelumnya, sekarang malah diacak. Inilah asal mulanya ada gank-gank-an di sekolah. Beberapa teman mungkin ada yang pernah sekelas dulunya. Karena sudah kompak sebelumnya, pasti teman main kita cuma teman-teman yang sudah kompak sebelumnya itu. Hasilnya adalah kita jadi males main sama temen baru dan terciptalah gank di kelas.

Pisah Sama Gebetan
Ini yang paling sedih, terutama buat para pengagum rahasia di kelasnya. Jatuh cinta itu dimulai dari hal yang kecil dan dekat. Contohnya temen sekelas. Udah bukan rahasia lagi kalau sering banget kejadian banyak yang jatuh cinta sama temen sekelasnya, dan gak jarang juga mereka cuma bisa jadi pengagum rahasia. Cuma bisa liatin gebetan dari bangku belakang, cuma bisa curi-curi pandang pas lewat di depan dia. Kalau dia pulang belakangan, rasanya pengen ngajak bareng, tapi takut dia nolak. Pas temen sebangkunya gak masuk sekolah, pengen duduk di sebelahnya, tapi pasti didudukin anak yang lebih berani dan suka bercanda.

Semua perasaan itu muncul dengan sendirinya, dan akan hancur dengan sendirinya juga ketika tahu kalau dia gak sekelas lagi dengan kita. Kita jadi sering murung dan menyendiri. Meratapi dari balik jendela kelas yang mengarah ke kelas dia jauh di seberang sana ketika jam pelajaran berlangsung. Ouch.

Begitulah sedikit drama kenaikan kelas. Beberapa orang ada yang seneng, beberapa lagi cuma bisa sedih dan bertanya “Kenapa?” kepada rumput yang bergoyang. Semua terjadi begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah atau mengubah. Ini adalah takdir dari guru-guru. Mereka yang mengatur kenaikan kelas ini begitu adanya.

Daripada sedih dan meratapi, lebih baik kita jalani aja dulu yang sekarang bisa dijalani dengan baik. Siapa tau nanti kita menemukan kebahagiaan baru di kelas baru. Siapa tau ada teman yang baru dan gak kalah kompak dengan teman lama nantinya. Siapa tau juga nanti kita menemukan cinta baru di kelas baru. Kwuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar