Minggu, 18 Agustus 2013

7 Film Romantis Indonesia Sepanjang Masa


7 Film Romantis Indonesia Sepanjang Masaist
Jakarta, KasaKusuK.com
Kisah cinta dua insan manusia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari banyak memberikan warna, baik cerah dan kelabu. Berangkat dari inspirasi di kehidupan nyata, para sineas kemudian menuangkan dalam karya film yang dapat ditonton dan memberikan pelajaran mengenai kehidupan serta pernak-perniknya. Berikut ini adalah 7 film romantis Indonesia yang memiliki nilai dan berkualitas, baik dari segi cerita maupun performa semua pihak yang terlibat.
1. Cinta pertama. Film yang diproduksi tahun 1973 ini disutradarai oleh Teguh Karya dan dibintangi oleh Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Robby Sugara dan beberapa aktor terkenal pada waktu itu. Film ini menceritakan mengenai seorang wanita bernama Ade yang jatuh cinta terhadap Bastian, seorang pemuda desa yang dijumpai di kereta. Bastian yang ternyata bekerja di perusahaan ayah Ade harus mengurungkan niat untuk melamar Ade, tatkala ia ternyata sudah dijodohkan oleh Johny, seorang pemuda anak dari rekan bisnis ayahnya. Bastian juga memiliki masa lalu yang penuh misteri saat datang seorang pria yang mengaku mertuanya dan mengatakan bahwa Bastian adalah seorang mantan napi yang telah membunuh istrinya sendiri. Bastian lalu menghilang dan hanya meninggalkan sepucuk surat, ia kembali ke desa dan bertani. Waktupun berlalu dan saat Bastian pergi ke kota dan bertemu dengan Ade dan Johny, ia sangat marah dan berusaha mencegah pernikahan diantara mereka, karena ternyata Johny adalah seorang bajingan yang dahulu memperkosa istrinya dan kemudian tanpa sengaja istri Bastian terbunuh. Film ini berdurasi 110 menit dan diproduksi oleh PT Jelajah Film. Cinta pertama mendapat anugerah piala citra FFI 1974 untuk kategori film terbaik, sutradara terbaik, dan pemeran wanita utama dengan pujian.
2. Cintaku di Kampus Biru. Film ini diproduksi tahun 1976 dan disutradari oleh Ami Prijono. Film ini menceritakan tentang kisah cinta di kalangan mahasiswa yang penuh dengan gejolak dan idealisme. Film ini juga memberikan wawasan yang luas mengenai peran pemuda yang memiliki peran sebagai agen perubahan, yang pada waktu itu memang Indonesia sedang dipimpin oleh seorang diktator. Film ini dibintangi oleh Roy Marten, Rae Sita, dan Yati Oktavia.
3. Badai Pasti Berlalu. Film yang mengambil kisah novel dari judul yang sama karya Marga T dan diproduksi tahun 1977. Disutradarai oleh Teguh Karya dan dibintangi Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Roy Marten, dan Mieke Widjaya. Film ini berkisah tentang Siska (Christine Hakim) yang patah hati karena tunangannya membatalkan perkawinan mereka dan menikah dengan gadis lain.
Siska yang kehilangan semangat hidup memutuskan keluar dari pekerjaannya dan hidup menyendiri. Leo, sahabat Jhonny, kakak Siska, mendekatinya untuk memenangkan taruhan dengan teman-temannya untuk menaklukkan Siska. Leo yang ’Don Yuan’ berhasil membangkitkan semangat hidup Siska yang sudah terlelap dalam apati dan beku bagaikan gunung es, namun ia sendiri benar-benar jatuh hati kepada gadis itu.Kesalahpahaman terjadi di antara mereka, menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. Lalu, muncul pula Helmi, seniman pegawai niteclub, seorang pemuda yang lincah, perayu, dan licik. Badai demi badai yang hitam pekat melanda hati Siska. Film ini mendapat piala Citra pada FFI 1978 untuk editing, fotografi, dan editing suara dan musik.
4. Gita Cinta Dari SMA. Film ini dibuat pada tahun 1979 dan disutradarai oleh Arizal. Dibintangi oleh Rano Karno, Yessi Gusman, dan Ade Irawan, film ini dinobatkan sebagai film terlaris ke 3 di Jakarta, karena ditonton oleh 162.050 orang pada waktu itu (menurut data PERFIN). Galih dan Ratna, adalah nama tokoh yang diperankan oleh Rano Karno dan Yessi Gusman, dimana Galih dan Ratna adalah bintang sekolah dengan sederet prestasi, namun sayang kisah cinta mereka harus kandas karena ayah Ratna tidak menyetujui hubungan mereka, ditambah Ratna telah dijodohkan oleh seorang pria pilihan sang ayah yang seorang insinyur.
5. Ramadhan dan Ramona. Film ini diproduksi sekitar tahun 1992 dengan genre romantis berbumbu komedi. Di sutradarai oleh Khaerul Umam, dan diperankan oleh Lydia Kandau (Ramona), Jamal Mirdad (Ramadhan), dan Sylvana Herman. Film ini bercerita tentang dua anak muda yang mencari arti hidup dan cinta. Ramadhan datang dari negeri jiran Malaysia dengan latar belakang anak bangsawan yang bekerja sebagai karyawan rendahan, kemudian bertemu dengan Ramona yang juga anak dari keluarga kaya yang berusaha hidup mandiri. Ramadhan jatuh hati kepada Ramona, dan terjadilah kejar mengejar cinta yang menimbulkan tidak saja keharuan tapi juga kelucuan. Film ini meraih 5 Piala Citra pada Festival Film Indonesia pada tahun 1992.
6. Ada Apa Dengan Cinta. Setelah sembilan tahun perfilman Indonesia mati suri, pada tahun 2001 Miles Production memproduksi sebuah film romantis remaja yang disutradarai oleh Rudi Sujarwo yang langsung menghentak jagad film nasional. Film ini dibintangi oleh Nicolas Saputra sebagai Rangga, Dian Sastrowardoyo sebagai Cinta, dan didukung oleh beberapa pemain yang masih fresh, seperti Titik kamal dan Laudya Cheryl. AADC mampu menyuguhkan nilai-nilai sastra dalam kisah cinta Rangga dan Cinta, yang dibingkai dengan ego dan kepolosan. Film ini juga menjadi pemantik dalam kembalinya film Indonesia yang berkualitas. Film ini mendapat piala Citra FFI 2004 untuk kategori sutradara terbaik dan original soundtrack film tersebut yang dibuat Melly Goeslaw dan suaminya Anto Hoed turut menjadi hits.
7. Ayat-ayat Cinta. Berangkat dari novel karya Habibburrahman El Sirazy dengan judul sama yang menjadi best seller, maka pada tahun 2007-2008 diproduksilah film ini. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, film ini mampu menyedot penonton 3,8 juta orang dan menjadi catatan tersendiri ketika film islami mampu masuk kedalam mainstream. Film yang bercerita tentang kisah cinta yang dialami oleh mahasiswa Indonesia yang bernama Fahri (diperankan Fedi Nuril) yang belajar di mesir, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai islam hingga akhirnya ia mendapat tidak hanya satu cinta, melainkan dua. keharuan mendalam mampu ditunjukkan pada saat Aisyah (Rianti Cartwright) merelakan suaminya menikah lagi dengan Maria (Carissa Putri). Film ini mendapatkan Piala Citra FFI atas original soundtrack terbaik yang diciptakan oleh Melly Goeslaw.
Walaupun masih ada beberapa film romantis lainnya, tetapi ketujuh film ini sudah mewakili berdasarkan cerita dan tema. (swc/edo)

3 komentar: