Aku memandangi foto tersebut beberapa saat. “Hanna, i’ll keep you on
my mind... we will meet again someday. Goodbye...” Ucapku dengan
memegang erat selembar foto di tangan kanan lalu menempalkannya di dada.
“Hanna!!” mimpi itu lagi! sudah beberapa kali aku bermimpi seperti itu.
“aku tidak tau mengenai Hanna semenjak kepindahannya. Lagipula, kenapa
kau baru mencarinya sekarang? Terakhir kali aku bertemu Hanna 2 tahun
yang lalu, ia bercerita kepadaku bahwa keluargamu tidak menyetujui
hubungan kalian. Karena itu kah kau meninggalkan Hanna ke Paris ?”
Celotehan Irina membuatku benar-benar merasa bersalah. Saat ini aku
membutuhkan dukungan, bukan nasehat-nasehat yang memojokkan posisiku.
Pergi ke Paris juga bukanlah keinginanku. Tetapi, jika aku tidak
melakukannya aku akan lebih melukai Hanna.
“Irina, aku datang kepadamu untuk menanyakan keberadaan Hanna, bukan
untuk mendengarkan ocehanmu! Kau tidak tau apa pun mengenai aku, jadi
jangan pernah berkata seolah-olah aku yang paling bersalah dalam hal
ini!” bentakku padanya. Irina menghampiriku, kemudian aku merasa cairan
bening mengalir dari atas membasahi kepalaku. Wanita itu menyiramku
dengan segelas air putih! “apa-apaan kau Irina?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar